Sylvester Stallone
Dilahirkan dari keluarga
yang sangat miskin di New York. Ibunya terpaksa melahirkan di tangga pintu
sebuah sekolah. Akibat kelahiran yang tak lancar, ia menderita kelainan saraf
di bagian mukanya, sisi kanan wajahnya menjadi tidak normal. Ia juga berbicara
gagap, dan ujung bibirnya selalu tertarik ke bawah. Ia kerap diejek sebagai
tokoh film kartun kucing di Looney Tunes yang kebetulan mirip namanya. Karena
kekurangannya, di usia remaja ia dimasukkan ke sekolah bagi anak yang mempunyai
kebutuhan khusus.
Ia
mempunyai mimpi untuk menjadi aktor. Untuk mengejar mimpinya menjadi aktor
terkenal, pemuda ini mengikuti audisi kemana-mana. Akan tetapi wajahnya yang
“seperti cacat mental” dan gaya bicara yang gagap, serta aktingnya yang
terlihat kaku, membuat ia selalu ditolak untuk peran apapun yang diinginkannya.
Tetapi ia pantang menyerah, anda akan kaget mengetahui berapa kali ia ditolak
agen di New York. Ia di tolak sebanyak 1500 kali, bahkan jumlah seluruh agen
film di New York tidak sebanyak itu. Artinya, beberapa agen sudah menolaknya
berkali-kali.
Setelah gagal audisi dimana-mana, akhirnya ia nekat. Untuk mendapatkan peran
pertamanya ia terpaksa ngotot. Ia datang ke sebuah agency pukul 04.00 sore
tetapi agen film yang didatangi menolak untuk bertemu dengannya. Keesokan
paginya ketika sang agen datang ke kantor ia menemukan si pemuda tetap menunggu.
Ia menunggu semalaman. Akhirnya agen tersebut tak tega dan memberinya
kesempatan. Walaupun ia hanya muncul selama beberapa menit sebagai figuran, ini
sudah merupakan trobosan baginya. Setidaknya memberi nilai tambah bahwa ia
pernah main film. Ia pikir jalannya akan lebih mudah.
Tapi ternyata karirnya tidak beranjak. Ia menemui kegagalan demi kegagalan
berikutnya untuk mendapatkan peran lain. Ia bahkan pernah mengambil peran dalam
filim semi-porno dengan bayaran rendah US$ 200 untuk 2 hari shooting. Setelah
itupun karirnya tidak beranjak. Ia tidak bisa membayar alat pemanas kamar
ketika suhu sangat dingin di New York. Ia terpaksa keperpustakaan membaca,
sekedar untuk mendapat suhu yang hangat. Dari buku yang dibaca di perpustakaan
ia akhirnya mendapat ide untuk menlis naskah film. Ia berhasil menjual satu
naskah film senilai US$ 100.
Hidupnya tak kunjung membaik. Istrinya mulai tak tahan dengan obsesinya.
Istrinya selalu bilang cari pekerjaan sungguhan yang tidak ada hubungannya
dengan acting, tapi ia tetap bersikeras tidak ingin mengubur impiannya di dunia
acting. Hidupnya makin sulit, ia terpaksa menjual perhiasan istrinya. Pada
titik terndah dalam hidupnya ia terpaksa menjual anjing kesayangan bernama
Timmy. Ia berusaha keras selama berbulan-bulan sampai satu hari ia sama sekali
tidak punya uang. Timmy sangat dekat dengannya, seperti sahabat, dengan
terpaksa ia menjual anjingnya hanya dengan harga US$ 25 untuk bisa menyambung
hidupnya, karena sudah betul-betul bangkrut, sampai tidak bisa makan. Saat itu
ia menangis.
Dalam kegalauan ia menonton sebuah pertandingan tinju antara Mohammad Ali dan
Chuck Webner, seorang petinju lemah yang menurut ramalah banyak orang akan
dapat dirobohkan selama 3 ronde, ternyata Webner mempunyai kemantapan dan
kekerasan hati. Ia dapat menyelesaikan total 15 ronde melawan Ali karena tak
mau menyerah. Pemudah itu sangat terinspirasi dengan tontonan tersebut dan
muncul sebuah visi tentang sebuah film yang akan ia tulis naskanya. Malam hari
itu juga ia menulis dan menulis selama 3 hari tanpa berhenti, hingga naskah
filmnya selesai. Ia sangat gembira dengan naskah tersebut, akarena dalam
pikirrannya ia tahu bahwa naskah cerita tersebut akan menjadi sebuah film yang
mengubah hidup dan nasibnya. Tangannya sampai bergetar saat memandangi naskah
itu.
Lalu untuk mengajukan tulisannya kepada para produser film. Namun tidak ada
yang memberi tanggapan serius atas naskah cerita tersebut. Tetapi ia tak pernah
berhenti berusaha. Ia menawarkan naskah ceritanya dan di tolak lebih dari
ratusan kali kepada semua produser dan studio film. Sampai suatu hari, ada
sebuah studio yang berani membeli naskahnya senilai US$ 20.000 dengan syarat
tokoh utamanya dibitangi oleh Ryan O’Neal dan Brut Reynolds. Ia senang sekali
mendapat penawaran itu, akan tetapi ngotot ingin tetap membintangi sendiri film
tersebut. Lalu ia menawarkan diri bermain Cuma-Cuma. Sang sutradara menolak.
Walaupun sesungguhnya sangat membutuhkan uang, ia bersikeras menolak menjual
naskah tersebut kecuali jika ia bisa menjadi bintangnya. Sang produser terus
menaikkan tawarannya $80.000, $125.000, $250.000 sampai $325.000, tetapi si
pemuda bersikeras tidak akan mau menjual naskah filmnya kecuali ia berperan
menjadi tokoh utamanya. Ia berjanji akan bermain bagus.
Akhirnya produser setuju dan menjadikan dia tokoh utama dalam film tersebut,
namun hanya dengan bayaran $20.000 untuk naskah cerita ditambah $340 perminggu
sesuai upah minimal seorang aktor. Setelah dipotong biaya-biaya, komisi agen,
dan pajak, ia hanya mendapat penghasilan bersih $6.000 bukannya $325.000.
Ini
adalah kisah sylvester stallone atau bisa disingkat “sly”. Sly sadar, setelah
1500 kali penolakan, naskah film Rocky yang dibuatnya mungkin satu satunya
pintu gerbang untuk menjadi peran utama, karena itu ia tidak mau melepas peran
Rokcy untuk orang lain. Sekalipun ber-budget rendah US$1.000.000 dan dibintangi
aktor tidak terkenal saat itu, yaitu stallone sendiri, film ini meledak di
pasaran dan menghasilkan uang senilai US$ 200.000.000 atau 200 kali lipat.
Memang
kegagalan sering membuat kita kecewa tapi kegagalan itulah yang memberikan
pegalaman dan membuat diri kita lebih baik lagi. Dengan adanya kisah sylvester
stallone ini menyadarkan kita betapa pentingnya mencoba lagi lagi dan lagi
berusaha tanpa adanya sedikit pun rasa putus asa sampai kesuksesan itu pun yang
akan menghampiri kita. Memang benar usahalah yang selalu menentukan hasil.
Komentar
Posting Komentar